Ads 468x60px

Labels

Rabu, 12 Desember 2012

Antologi Puisi Abah Faqih Muntaha






Suasana di halaman Al Al asyariyah Kalibeber Wonosobo sehari-hari selalu di warnai dengan tadarus Alqur’an dari ribuan santri yang mencari ilmu disana. Bahkan hampir 24 jam, darai subuh hingga malam hari. Selain tadarus Alquran, tiap hariny
a diwarnai para santri hilir mudik menenteng kitab kuning mencari tempat untuk megkaji. Tapi, malam Kemarin suasana itu nampak berubah. Didepan masjid yang diapit dua bangunan tigkat pada kanan kirinya berdiri sebuah panggung, ribuan santri putra dan putri duduk berderet melingkari panggung tersebut. Yah, malam itu para santri menunggu KH Faqih Muntaha intim disapa santrinya Abah Faqih. Para santri ini tidak menunggu Abah Faqih menyampaikan tausiyah (nasihat) melalui kitab kuning seperti yang tiap hari dilakukan, namun mereka menunggu sang kyai kharismatik memberikan tausiyah lewat puisi-puisi indah yang syarat makna.



Yah, Abah Faqih merupakan sosok kyai yang beda dalam mengelola pondok pesantren, selain tetap tekun mencetak santri agar hafal Al Qur’an 30 juz, sejak tiga tahun terakhir, sebelum digelar hajatan khataman pelantikan para santrinya yang khatam hafal Al Qur’an 30 juz, digelar ajang sastravaganza, sebuah acara yang diperuntukan bagi para santri dan seniman asal Wonosobo mengekpresikan karyanya dalam dunia sastra.

“ Sejak dulu dunia sastra sangat erat kaitanya dengan perkembangan islam,jadi sangat tepat untuk terus dikembangkan karena merupakan tradisi luhur,” Ungkapnya ketika ditemui dikediamanya sebelum pentas baca puisi.

Generasi ketujuh pewaris Pondok pesantren Al Asyariyah ini menuturkan, bahwa puisi maupun dunia sastra secara luas tidak bisa dilepaskan dari konteks perkembangan islam. Ia menyebutkan banyak ulama dan kyai pada zaman klasik menyampaikan nasehat melalui puisi. Ia mencontohkan imam Attoilah dan Abu Nawas misalnya, lewat karya sastra puisi mampu mengubah masyarakat dari jahil (bodoh) mendapatkan pengetahuan yang mulia. Sehingga melalui dunia sastra juga tetap bisa difungsikan sebagai media berdakwah.

“ Saya memahami, tidak semua santri saya bisa pidato, atau berdakwah lewat kitab kuning, lewat puisi juga sangat strategis untuk berdakwah bagi santri-santri,”katanya

Sebagai pengasuh, Abah Faqih sudah memberikan contok kepada para santrinya, terbukti selama tiga tahun terakhir ini, ia telah menelorkan 4 buku antologi puisi, diantaranya Senandung puisi Al Asy’ariyah Vol 1, Senandung puisi Al Asy’ariyah Vol 2, yang berisi karya Abah Faqih dan santrinya, Galau hati serta yang tersisa tinggal kemaluannya.

Meski masa kecil hingga remaja Abah Faqih selalu hidup dalam lingkungan pesantren. Namun jangan dikira puisi-puisi alumni pesantren Termas Jawa Timur, Peantren Krapyak Jogjakarta serta Pesantren di Buaran Pekalongan ini berisi tentang dunia pesantren.lihat saja kutipan salah satu puisi berjudul jangan sembunyi.

“ Selagi planet-planet masih beredar pada porosnya, dan sang surya masih setia terbit dari arah timur,untuk mengusut carut marut ini, jangan sembunyi dibawah ketiak kapitalis, jangan sembunyi dibalik krisis global,”

Dari kutipan karya tersebut, nampak sekali bahwa pemahaman abah Faqih sangat luas, kegelisahan dia terhadap fenomena social yang terjadi di Negara ini sangat terbaca dari karya-karyanya.Tak hanya jagat politik, puisi –puisinya juga menjerit tentang ketidak adilan, korupsi, kolusi, serta nafsu serakah para bedebah pemimpin negeri ini.

“ Situasi negeri kita ini saat ini tidak hanya butuh orang yang punya niatan baik, tapi butuh pemimpin yang punya kemampuan yang optimal untuk mewujudkan kebaikan bagi rakyat secara luas,”katanya

Bagaimana Abah Faqih menulis puisi ditengah waktunya yang padat mengasuh ribuan santri dari tingkat SD sampai mahasiswa ? untuk melahirkan ratusan puisi, bagi pria kelahiran Wonosobo 1954 ini membutuhkan waktu yang khusus. Yakni pada tengah malam sehabis sholat malam, mejelang tidur ia selalu membaca buku dan menorehkan kata-kata merajut puisi.

“ Saya punya kebiasaan sejak jadi santri dulu membaca buku umum serta kitab menjelasng tidur, situlah kumpulan puisi saya terlahir
http://smatakhassus.org/smataq/html/index.php?id=berita&kode=27


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample Text